Sabtu, 27 Juli 2013

Surat Cinta Untuk Kamu

Laut, hutan dan gunung.


Kau tahu, di laut deburan ombak datang tak ada habisnya. Di hutan selalu gelap dan dingin bila malam. Bila pagi datang, batara surya muncul dan memasuki celah-celah dedaunan, memberikan nuansa hangat serba hijau, menyegarkan. Di gunung—Aku belum pernah pergi gunung, karena gunung itu terletak di atas laut dan hutan, sangat tinggi dan jauh sekali.

Dan, kita masing-masing berdiri, dan terenyuh akan memori waktu itu. Kau tahu, waktu itu aku pernah diam-diam ingin mencuri. Menyelinap dengan derap langkah kaki yang telanjang tak bersuara, melangkah malu-malu. Tak terlelap setiap malam, bergerak ke kanan dan ke kiri, merasakan sesuatu seperti gelisah yang menjalar ke dalam tubuh. Kau tahu Aku ingin mencuri apa? Aku hanya ingin mencuri ‘rindu’.

“Permisi, Kamu. Bolehkah Aku mencuri rindu?” Tanyaku dengan lugu dan malu-malu. Gelak tawamu yang kuraih, bukan jawaban rinduku.

Tapi, tidak. Aku tak lantas menyerah, meski Ku akui, Aku gundah. Aku terus berlari, mengejar romantisme dalam suasana hijau yang ingin Kusejati. Kau tahu, Aku bahkan telah mendengar sayup-sayup suara rindu, walaupun terdengar samar-samar. Lalu, wajah rindu menoleh ke arahku, dan sebentar menatapku. Tapi, sayang, hanya sebentar.

Andai saja, ketika rindu menatapku—Aku berharap iklim berubah menjadi dingin, dan kita pun membeku dalam keadaan saling menatap. Tapi, ternyata Kamu telah merindu pada laki-laki itu. Yang membuatku menghilangkan harap yang pernah kugantung di langit biru. Hancurkan rasa seorang lugu. Dan, akhirnya rinduku melayang di atas langit biru, melayang-layang berwarna putih, terlihat indah. Sayang, Aku hanya bisa melihat dari kejauhan, tak ada daya tuk Kuraih.

Ya, Itulah ceritaku waktu itu? Kamu?

Aku tahu, Kamu sebenarnya tahu, Aku mencitaimu. Karena kata orang, wanita itu mempunyai six sense, yang membuat wanita menjadi lebih sensitif dari pria. Yang Ku maksud bukan six sense yang sensitif dalam melihat makhluk halus, seperti hantu, pocong dan kawan-kawannya.
Tanpa harus Ku jelaskan, Kamu pasti mengerti, ya?



Kamu mungkin saat ini sedang menertawakanku. Aku tidak bisa menulis puisi atau surat cinta semacam ini. Aku lebih memilih memaikan gitar listrik dengan distorsi yang memecahkan telinga dan kamu mungkin tak akan betah mendengarnya—Dibandingkan dengan menyatakan perasaan dengan cara seperti ini.

Terkadang Aku merasa geli sendiri. Satu tahun kita bersama dalam kelas TPB, bermula dari matrikulasi. Apa Kamu masih ingat berapa kali kita bertegur sapa? Aku masih ingat setiap kali momen kita bertatap muka, Kamu? Jika Kamu tak ingat berapa kalinya, Kamu jahat sekali (Hehehe… Aku hanya bergurau, untuk apa juga dihitung, walaupun kuhitung rasanya tetap sama (Mulutku selalu terkatup rapat).

Aku masih ingat bagaimana pertama kali kita bertemu. Pertemuan yang sangat biasa. Aku tidak langsung jatuh cinta padamu dalam pandangan pertama. Butuh berkali-kali tatapan untuk menyadari Kau tidak biasa. Ternyata Kau memang tidak biasa, setidaknya di mataku begitu...

Kau masih ingat, dulu Aku sering duduk di belakangmu.

"Maaf, boleh pinjem tipe-x-nya?" Kalimat pertama saat Aku meminjam tipe-x—lalu, dengan cueknya Kau menyodorkan tipe-x berwarna merah dengan tanpa menatapku. Padahal Aku menanti beradu tatap denganmu...

Untuk mendengar suaramu pun hanya kudapat saat Kamu melakukan presentasi mata kuliah Kewarganegaraan. Kamu maju ke depan kelas dengan busana berwana merah jambu (kalau tidak salah). Terlihat lucu, menggemaskan sekaligus anggun. Rasa ingin saja di kelas itu hanya ada kita bedua. Kamu yang melakukan presentasi, dan Aku yang mendengarkannya tanpa rasa kantuk sedikitpun! Tadinya, Aku kira suaramu itu lembut. Ternyata suaramu cempreng, saat melakukan presentasi hehehe..tapi Kamu tetap cantik kok...

Begitulah hari-hariku, selalu memperhatikanmu. Entah, apa alasannya, sejak saat itu Kamu tidak pernah lagi duduk di dekatku. Kalau Aku duduk di depan, Kamu memilih untuk duduk di belakang, begitupun sebaliknya. Apa Kamu telah menyadari Aku sering memperhatikanmu—jadi, Kamu memilih menghindar? Kamu tahu, perasaanku padamu? Entalah...

Tak terasa, satu tahun telah berlalu. Dan, Kamu pun tahu Aku akan pergi dari tempatku kini. Institut Pemerhati Bumi.... Mungkin, Aku akan merindukannya, Merindukanmu juga pastinya.

Hmm... Kamu tidak bertanya kemana Aku akan pergi?  Aku akan pergi dan berjalan dengan kakiku sendiri, sendiri. Apa Aku Sekolah lagi? Ya, Aku sekolah lagi, bekerja juga. Sungguh, kegiatan yang melelahkan. Doakan aku, ya?

Seperti yang sudah ku ungkapkan dari awal, Aku belum pernah naik ke gunung, atau bisa disebut; Aku belum pernah pergi ke tempat 'rindu'. Aku hanya ingin Kamu tahu, Aku cinta Kamu. Sesederhana itu. Terserah Kamu, Kamu ingin mengomentari, memaki-maki atau mem-block tulisan ini pun tak mengapa. Itu terserahmu... Seandainya saja, Aku bisa mengubah masa lalu. Tapi, apa daya, Tuhan pun tak bisa mengubah masa lalu, Apalagi Aku.

Huff... Kalau saja suaraku merdu, Aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu. Kalau saja Kalau saja Aku bisa terbang, Aku akan membawamu mengelilingi dunia ini. Kalau saja, Aku punya harta yang melimpah, Aku akan rajin sekali menabung di Bank.

Hehe.. garing, ya?

*sighs* Jemariku sudah lelah menari-nari diatas keyboard, napas dan jantungku pun sudah tak beraturan lagi ritmenya. Dengan penuh ketergesaan Aku menulis puisi ini. tapi tunggu.... Apa tulisanku ini terlihat seperti puisi? Mungkin ini surat cinta... Tapi... surat cinta kan romantis, apa tulisanku ini romantis? Yasudahlah...

Malam semakin gelap, tapi cintaku tak gelap-gelap *maksa*

Salam rindu, dari lelaki lugu.


Wildan Ramdhany *muaaacchhh

Selasa, 09 Juli 2013

Kegiatan seru di bulan puasa

Banyak kegiatan-kegiatan seru yang sering kita lakuin pas kita lagi puasa. Kegiatan-kegiatan yang absurd yang pernah gue lakuin dan berkesan sampai sekarang. Berikut kegiatan-kegiatannya.

1. Ngabuburit
 
Ngbuburit itu adalah main sore-sore sambil menunggu waktu berbuka puasa. Biasanya anak muda kayak gue ngabuburit itu ke mall. Ngeliat yang seger-seger. Misalnya liat baju-baju, gadget-gadget yang bakal kita incer pas nanti lebaran, sampe liat cewek-cewek yang berkeliaran di mall pake celana hot-pants *eh

2. Tarawih Plus-plus

Di bulan puasa.. malemnya ada solat tarawih. Dulu waktu SD gue rajin banget tarawih, dengan niat "main". Ya, main. Biasanya anak-anak yang tarawih ke mesid, ujung-ujungnya malah main, salah satunya perang sarung. Perang sarung itu pukul-pukulan pake sarung. Ada yang sarungnya dijadiin pecut, ada yang sarungnya dijadiin kayak gear yang dipake anak-anak STM tauran, terus juga ada yang sarungnya dijadiin topeng-topeng ninja. Gue sering banget main beginian, dan berakhir dengan mata gue yang ke sabet sama sarung yang dipecutin ke gue, sama temen gue. Alhamdulilah mata gue gak sipit sebelah. Misalnya solat di dalem mesjid juga.. bukannya solat. Tapi, malah seringnya bercanda dan ngobrol. Ujung-ujungnya dimarahin sama bapak-bapak kumisan.

Ada juga yang niatnnya tarawih dari rumah, tapi malah belok ke tukang bakso -_-

3. Romansa di Bulan puasa

Momen-momen romantis di bulan puasa itu banyak. Gue bakal bahas momen pas tarawih, dimana anak komplek gue dan anak komplek sebelah tarawih di satu masjid. Dan pasti ada cewek komplek sebelah yang kece yang jadi "cem-cem-an" lo. Yang bikin lo semangat buat pergi ke masjid untuk tarawih #RomansaPositf

Adalagi, PDKT-an di jam-jam makan sahur. Pasti lo semua pernah ngalamin ini. Doi yang ngingetin sahur, "sahur sama apa?", "semangat ya puasanya". Tapi puasa tahun ini... apakah si Doi masih orang yang sama?